Rabu, 13 Januari 2010

Hak dan Keawajiban Istri Terhadap Suami

HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI TERHADAP SUAMI
PENDAHULUAN
Allah SWT telah mencipta makhlukNya dengan berpasangan termasuk di dalamnya manusia. Allah menciptakan manusia pertama yaitu Adam AS, Kemudian Allah ciptakan daripadanya Siti Hawa AS menjadikan berpasangan suami isteri sehingga lahirlah keturunan yang ramai terdiri dari lelaki dan perempuan.
Kedua insan yang berlainan jenis ini saling membutuhkan satu sama lain, kemudian terwujudlah tanggungjawab antara keduanya, sehingga masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi.
Islam adalah agama yang syumul (universal). Agama yang mencakup semua sisi kehidupan. Tidak ada suatu masalah pun, dalam kehidupan ini, yang tidak dijelaskan. Dan tidak ada satu pun masalah yang tidak disentuh nilai Islam, walau masalah tersebut nampak kecil dan sepele. Itulah Islam, agama yang memberi rahmat bagi sekalian alam.
Dalam masalah perkawinan, Islam telah berbicara banyak. Dari mulai bagaimana mencari kriteria bakal calon pendamping hidup, hingga bagaimana memperlakukannya kala resmi menjadi sang penyejuk hati. Islam menuntunnya. Begitu pula Islam mengajarkan bagaimana mewujudkan sebuah pesta pernikahan yang meriah, namun tetap mendapatkan berkah dan tidak melanggar tuntunan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, begitu pula dengan pernikahan yang sederhana namun tetap penuh dengan pesona. Islam mengajarkannya.
Nikah merupakan jalan yang paling bermanfa’at dan paling afdhal dalam upaya merealisasikan dan menjaga kehormatan, karena dengan nikah inilah seseorang bisa terjaga dirinya dari apa yang diharamkan Allah. Oleh sebab itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendorong untuk mempercepat nikah, mempermudah jalan untuknya dan memberantas kendala-kendalanya.
Nikah merupakan jalan fitrah yang bisa menuntaskan gejolak biologis dalam diri manusia, demi mengangkat cita-cita luhur yang kemudian dari persilangan syar’i tersebut sepasang suami istri dapat menghasilkan keturunan, hingga dengan perannya kemakmuran bumi ini menjadi semakin semarak.
Melalui pembahasan yang singkat ini. Kita diajak untuk bisa mempelajari dan menyelami tata cara dan konsep Islam tentang pernikahan yang begitu agung nan penuh nuansa.
Dalam konteks ini, kita bahas bagaimana Islam telah memberi petunjuk kepada seorang perempuan untuk melaksanakan kewajibannya sebagai istri, dan kemudian memperoleh hak-haknya di dalam perkawinan.
















PEMBAHASAN
TANGGUNGJAWAB ISTRI
Keluarga ialah kelompok yang paling kecil dari masyarakat. Keadaan sebuah keluarga mempengaruhi masyarakat sekelilingnya. Apabila keluarga berantakan maka berantakan pula masyarakatnya, dan jika setiap kelurga aman damai dan bahagia, maka akan membawa kebahagiaan kepada masyarakat itu. Demikianlah pembentukan keluarga adalah asas pembentukan masyarakat yang lebih besar.
Tanggungjawab adalah amanah Allah yang telah diletakkan ke bahu manusia, manusia memikul berbagai tanggungjawab di antaranya tanggungjawab kepada keluarga dan tanggungjawab ini akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT.
Sabda Rasulullah, artinya :
“Setiap kamu adalah penjaga dan setiap kamu bertanggungjawab di atas jagaanya. Lelaki (suami) adalah penjaga di atas anggota keluarga rumahnya dan dia bertanggungjawab atas jagaannya itu. Perempuan (istri) bertanggungjawab menjaga rumah suaminya dan bertanggungjawab terhadap jagaannya. Bukankah setiap kamu itu penjaga dan setiap kamu bertanggungjawab atas jagaannya.”
Apabila seseorang itu selesai diijab-kabulkan maka ia telah memikul tanggung jawab sebagai suami atau istri.
Istri mempunyai tugas dan tanggungjawab terhadap suaminya sebagaimana suami punya tanggung jawab terhadap istrinya. Sesungguhnya tugas seorang istri terhadap suaminya sangatlah penting dan mesti dipatuhi sehingga pernah Rasulullah SAW bersabda :
لو كنت آمرا أحدا أن يسجد لغير الله لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها
Artinya : “ Seandainya aku boleh untuk memerintahkan seseorang bersujud kepada selain Allah, pasti akan aku perintah seorang wanita untuk sujud kepada suaminya ”
( HR.Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Tirmidzi )
Antara tugas istri ialah :
1. Jujur dan taat setia kepada suaminya dalam segala hal dan pekerjaan yang tidak berlawanan dengan hukum Islam.
2. Memenuhi hajat suami kepadanya, yaitu perkara-perkara yang dibolehkan oleh Islam termasuk perkara yang mengenai hubungan suami istri, sabda Rasulullah SAW :
اذا دعا الرجل امرأته الي فراشه فأبت أن تجيء فبات غضبان عليها لعنتها الملائكة حتي تصبح

Artinya :“ Apabila seorang suami mengajak istrinya untuk berhubungan kemudian istri menolak ajakannya, dan suami tidur dalam keadaan marah, maka malaikat akan melaknatnya ( istri ) hingga pagi “ ( HR.Bukhori dan Muslim )
3. Istri harus berkelakuan sopan terhadap suaminya, wajib menjauhkan kata-kata yang menunjukkan kedurhakaan atau menyakitkan hati suami seperti memaki, mengomel atau berkata dengan kata-kata yang tidak disukai oleh agama atau adat.
4. Janganlah memberati atau memaksa suami dalam soal nafkah seperti pakaian, uang dan tempat tinggal yang lebih dari ukuran yang wajib baginya kerana ia akan mendorong suaminya ke lembah curang seperti korupsi, mencuri, merampok dan sebagainya. Rasulullah SAW pernah bersabda yang bermaksud:
“Perempuan yang datang kepada suaminya dengan muka masam dan mengomel meminta belanka (lebih) atau mengadakannya maka tidaklah diterima Allah amalan perempuan seperti itu.”
(Hadis Riwayat Ahmad dan Abi Hurairah)
5. Minta izin suami apabila hendak keluar dari rumah walaupun untuk menziarahi keluarga, ibu-bapa atau kerana menuntut ilmu. Sabda Rasulullah SAW maksudnya:
“Perempuan-perempuan yang keluar dari rumah tanpa izin suaminya berada di dalam kemurkaan SWT sehingga ia kembali ke rumahnya atas keredhaan suaminya redha atas dia.”
6. Memelihara harta benda dan rumahtangga supaya bersih dan rapi serta isteri tidak boleh memberikan sesuatu harta benda suaminya kepada orang lain tanpa izinnya.
7. Segera meminta maaf apabila terlanjur mendurhaka kepada suami seperti yang dicontohkan oleh Fatimah puteri Rasulullah SAW menurut sepotong hadis yang bermaksud:
Fatimah telah datang berjumpa ayahandanya Rasulullah SAW dalam keadaan menangis dan mukanya berubah tanda penyesalan lalu bertanya Rasulullah SAW: “Kenapa wahai anakku, Fatimah?” Fatimah menjawab, “Ayahanda, kemarin anakanda dengan Ali telah berseloroh (bergurau) sehingga terbit kata-kata anakanda yang menyebabkan Ali marah anakanda, anakanda menyesal kerana sebab mulut anakanda itu Ali menjadi marah, lantas anakanda meminta maaf darinya dan mengeliling dia sebanyak tujuh puluh dua kali sehinggalah ia memaafkan dan Ali pun tertawa serta redha”. Sabda Rasulullah kepada Fatimah,”Demi diriku yang telah diangkat oleh Allah sebagai Nabi, sesungguhnya engkau sekiranya meninggal dunia sebelum Ali redha atas kesalahan itu takkan ku sembahyang jenazah engkau”.
8. Jikalau suami tidak berharta dan isteri dari anak orang kaya janganlah isteri menunjuk-nunjuk dan berbangga dengan harta yang diberikan bapanya sambil mengecilkan pemberian dari suaminya. istri yang bersikap demikian terhadap suaminya akan dihapuskan amal kebajikannya sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya :
“Allah akan menghapuskan amalan perempuan itu sekalipun banyak amalan kebajikannya.”
9. Hendaklah istri memakai pakaian yang baik dan bersih di hadapan suaminya. Sabda Rasulullah SAW yang artinya:
“Perempuan-perempuan yang menghias diri kepada yang bukan suami atau muhrimnya adalah seperti lampu yang tidak bercahaya di akhirat kelak.”
10. Istri wajib memelihara perasaan dan peraturan suaminya, isteri tidak boleh membiarkan masuk seorang lelaki atau perempuan yang tidak disukai ke dalam rumah. Jika isteri hendak berpuasa sunat ketika suaminya berada di rumah hendaklah meminta izin suami terlebih dahulu dan tidak boleh memasukkan seorang lelaki ke rumahnya dengan tidak izin suaminya. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).
11. Istri hendaklah sentiasa memberi layanan baik kepada suaminya. Allah memberi ganjaran pahala yang berlipat ganda kepadanya sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam banyak hadis-hadisnya antara lain yang artinya :
a) “Sekali suami minum air yang disediakan oleh isterinya adalah lebih baik dari berpuasa setahun”.
b) “Makanan yang disediakan oleh isteri kepada suaminya lebih baik dari isteri itu mengerjakan haji dan umrah”
c) “Mandi junub si isteri disebabkan jimak oleh suaminya lebih baik baginya daripada mengorbankan 1,000 ekor kambing sebagai sedekah kepada fakir miskin”.
d) “Apabila istri hamil ia dicatatkan sebagai seorang yang syahid dan khidmat kepada suaminya sebagai jihad”.
e) “Pemeliharaan yang baik terhadap anak-anak adalah menjadi benteng neraka, pandangan yang baik dan harmonis terhadap suami adalah menjadi tasbih (zikir)”.
f) “Tidak akan putus ganjaran dari Allah kepada seorang isteri yang siang dan malamnya menggembirakan suaminya”.
g) “Apabila meninggal dunia seorang dan suaminya redha, niscaya ia dimasukkan ke dalam surga”. (Hadis Riwayat Tarmizi)
h) “Seseorang wanita apabila ia mengerjakan sembahyang yang difardhukan ke atasnya, berpuasa pada bulan Ramadhan, menjaga kehormatan dirinya dan taat kepada suaminya maka berhaklah ia masuk surga dari pintu mana yang ia suka”. (Hadis Riwayat Anas Bin Malik)
Demikianlah hak dan tanggungjawab istri terhadap suami dan rumahtangga serta pahala dari Allah SWT kepada seorang isteri yang solehah. Apabila suami dan isteri melaksanakan tugas dan tanggungjawab masing-masing maka lahirlah rahmat dan kasih sayang yang akan menghasilkan kebahagiaan bersama seperti yang dikehendaki oleh Allah SWT di dalam firmanNya, maksudnya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuesaan Allah bahawa ia menjadikan istri dari kamu untuk kamu tinggal bersama dalam keadaan kasih sayang, cinta mencintai serta mendapat kerahmatan, sesungguhnya yang demikian itu adalah tanda kebesaran Allah SWT bagi kamu yang mau berfikir.”
Apabila tanggungjawab masing-masing dapat dilaksanakan maka ada pula tanggungjawab bersama yang mesti diperhatikan yang juga merupakan factor-faktor penting dalam mewujudkan rumahtangga bahagia, antara lain:
i) Anak-anak yang telah diberikan oleh Allah kepada suami isteri hendaklah diberi pendidikan yang sempurna dari segi rohani, jasmani dan akalnya atau dalam kata yang lain ditanam dalam dirinya iman dan takwa menjalani hidup di dunia ini.
ii) Hendaklah masing-masing menghormati orang tua kedua belah pihak sekiranya mereka masih hidup.
iii) Hormati dan berbaik-baik dengan tetangga, kerana apabila suasana di dalam rumah penuh harmoni tetapi dengan tetangga bermusuhan, kebahagiaan tidak juga terlaksana dengan sempurna. Sebab itu baginda Rasulullah SAW sendiri menyatakan bahawa antara syarat kebahagiaan seseorang anak Adam ialah tetangga yang soleh (baik).
HAK-HAK ISTRI DARI SUAMINYA
Suami adalah merupakan ketua yang akan memimpin dan memberi warna kepada sesebuah rumahtangga. Sikap suami mempunyai pengaruh besar terhadap suasana yang mesra, aman dan damai atau sebaliknya. Oleh itu, suami mestilah menjadi seorang yang benar-benar matang fikirannya, tahu tugas dan tanggungjawabnya, serta bersifat jujur dalam memimpin dan mengetahui rumahtangga yang baru dibina itu. Untuk melahirkan sebuah keluarga yang benar-benar bahagia maka Allah SWT sendiri menggariskan beberapa hak istri yang harus diberikan oleh suaminya, antaranya ialah :
i. Istri berhak memperoleh mas kawin dari suaminya. Firman Allah SWT yang artinya :
“Berikanlah mas kawin kepada wanita (yang kamu nikah) sebagai pemberian yang wajib”.

Rasulullah juga pernah bersabda:
أَيُّمَا رَجُلٍ تَزَوَّجَ اِمْرَأَةً فَنَوَى أَنْ لاَ يُعْطِيْهًا مِنْ صَدَاقِهَا شَيْئًا مَاتَ يَوْمَ يَمُوْتُ وَهُوَ زَانٍ .
"Laki-laki manapun menikahi seorang wanita lalu dia berniat tidak memberikan maharnya kepadanya, dia mati dengan niat tersebut maka dia mati sebagai seorang pezina." (HR. at-Thabrani dari Suhaib).
ii. Memperoleh nafkah zahir dan batin, nafkah zahir termasuk :
a. Tempat tinggal / tempat kediaman bersama (suami dan isteri) yaitu rumah yang selayaknya yang memberi kenyamanan dan keamanan.
b. Keperluan hidup yaitu makanan, pakaian dan peralatan yang sesuai dan layak menurut kemampuan suami, sabda Rasulullah SAW yang artinya :
“Dan wajib ke atas kamu memberikan mereka (isteri-isteri) rezeki mereka dan pakaian mereka dengan baik. Tempatkanlah mereka di mana kamu bertempat tinggal sesuai kemampuanmu.”
iii. Mendapatkan kasih sayang. Firman Allah SWT, yang artinya:
“Bergaullah dengan mereka dengan cara yang baik.”
iv. Keadilan dari suami sekiranya suami itu mempunyai istri lebih dari satu.
v. Tidak disakiti, dikasari dan segala perbuatan yang memudharatkan isteri tanpa sebab.
vi. Hak perizinan untuk menziarahi keluarganya (ibu bapa dan kaum keluarganya)
Demikianlah di antara hak isteri dari suaminya, di samping itu sebagai yang kita maklum bahawa Allah menjadikan perempuan itu sebagai teman hidup yang paling tepat.
HAK-HAK ISTRI YANG SEDANG IDDAH
Fuqaha sepakat bahwa perempuan yang sedang dalam masa iddah talak raj’i masih berhak mendapat nafkah dan tempat tinggal. Begitu juga dengan perempuan yang sedang hamil , berdasarkan firman Allah SWT:
Artinya: Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.
Kemudian fuqaha berselisih pendapat tentang nafkah bagi istri yang ditalak ba’in, tetapi tidak hamil, dalam tiga pendapat:
 Ulama khufah berpendapat bahwa istri yang di talak ba’in berhak mendapat nafkah dan tempat tinggal.
 Imam Malik, Syafi’i, dan lainnya berpendapat bahwa istrinya hanya mendapat tempat tinggal tanpa nafkah.
 Imam Ahmad, Daud, Abu Saur dan ishaq mengatakan bahwa istri tidak memperoleh nafkah.
Namun pendapat yang lebih kuat dari ketiganya dalam masalah ini adalah bahwa istri yang ditalak ba’in dalam keadaan tidak hamil itu tetap memperoleh nafkah dan tempat tinggal.

APA YANG HENDAKNYA DILAKUKAN TERHADAP ISTRI
Hendakah suami memberi layanan-layanan yang istimewa seperti berikut :
1. Suami hendaklah sentiasa menunjukkan kasih-sayang terhadap istri, berkata dengan lemah lembut dan mesra, selalu bermuka manis dan janganlah bermuka masam atau seperti singa yang garang terhadap mangsanya. Sangat menyedihkan sebagian orang-orang jahil menyangka bahawa bersifat garang dan keras terhadap isteri itu adalah menunjukkan kelakiannya, dan ia menyangka berlemah-lembut terhadap isterinya adalah satu sifat yang hina dan memalukan, tetapi sebenarnya bersifat kasar adalah membawa isteri menjadi durhaka, sebaliknya bersifat lemah-lembut menyebabkan isteri mengasihi dan menghormatinya. Sabda Rasulullah SAW yang artinya :
“Orang yang paling baik antara kamu ialah orang yang berlaku baik terhadap isterinya, dan aku ialah orang yang sangat berlaku baik terhadap isteriku.”
2. Hendaklah suami memberi kelapangan perbelanjaan rumahtangga keperluan hidup yang selayaknya sesuai kemampuan yang sewajarnya. Jika suami terlalu bakhil terhadap rumahtangga maka diharuskan istri mengambil sekadar yang diperlukan dari harta suaminya walaupn tanpa izinnya, sebagaimana Rasulullah sendiri memberi kebenaran tersebut kepada isteri Abu Sufian apabila ia mengadu kepada Rasulullah tentang kebakhilan Abu Sufian.
3. Hendaklah suami menguruskan segala urusan dengan sebaik-baiknya dan menggembirakan seperti apabila ia sakit, dirawat dan diberi obat yang secukupnya.
4. Bimbinglah istri dengan nasihat yang baik dan berilah contoh akhlak yang terpuji dan ajaran yang lemah lembut, Rasulullah sendiri menguraikan hakikat ini dengan sabdanya;
اسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّ المَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعِ، وَإِنَّ أَعْوَجَ مَا فِي الضِّلَعِ أَعْلاَهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهُ كَسَرْتَهُ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ، لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ، فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ.
"Hendaknya kalian saling berwasiat berbuat baik kepada para wanita, seorang wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas, jika kamu meluruskannya maka kamu mematahkannya, jika kamu membiarkannya maka ia senantiasa bengkok, maka hendaknya kalian saling berwasiat berbuat baik kepada para wanita." (Muttfaq Alaihi dari Abu Hurairah).
5. Berilah istri haknya sebagai istri bukan sebagai orang suruhan (hamba) atau sebagai babu, dan bukan sebagai boneka yang semata-mata untuk memenuhi nafsu kaum lelaki saja.
6. Hendaklah bersikap terus terang dengan isteri dan jangan sekali-kali mendustainya, kerana jika isteri didustai dia akan mendustai suaminya pula.
7. Sebagai suami (ketua keluarga) jangan menuruti saja apa kehendak isteri sehingga sampai merendahkan harga diri (mengikut di bawah telunjuknya, istilah sekarang “queen control”.
8. Dibolehkan suami memukul isteri untuk mendidik bukan untuk balas dendam. Dalam hal ini tidak memaki, apabila hendak memberi pengajaran kepada isteri dalam bentuk yang sopan atau tinggalkan tempat tidur dan tidak tidur bersama-samanya.
أَنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ، وَتَكْسُوْهَا إِذَا كْتَسَيْتَ، وَلاَ تَضْرُبِ الوَجْهَ، وَلاَ تُقَبِّح.

"Hendaknya kamu memberinya makan apabila kamu makan, memberinya pakaian jika kamu berpakaian, jangan memukul wajah dan jangan berkata kepadanya, 'Semoga Allah memperburukmu'."* (HR. Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa`i dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh al-Hakim dan Ibnu Hibban)
Seandainya dapat dilaksanakan tanggungjawab yang sedemikian tentu Insya Allah suami dapat membawa rumahtangga ke arah kehormatan dan kebahagiaan.


















PENUTUP
Demikianlah makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas mata kuliah munakahat, semoga dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Dan saya selaku penyusun makalah ini memohon adanya islah dari semuanya atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam makalah ini karena level saya hanyalah seorang mahasiswa semester IV yang tentunya teramat banyak ilmu, pengetahuan dan pengalaman yang belum saya kuasai tantang materi ini. Maka dengan segala kerendahan hati saya ucapkan mohon maaf atas segala kekurangan.
Wassalam ………….















Daftar Pustaka
Qur’an dan tarjamahnya.
Fuad,Shalih,Syaikh,Untukmu Yang Akan Menikah & Telah Menikah, Pustaka Al-Kautsar,Jakarta,2005.
Abidin, Slamet. Fiqih Munakahat 2. CV Pustaka Setia, Bandung, 1999, cet 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar