Kamis, 12 Maret 2009

makalah filsafat

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Filsafat; Berpikir Secara Rasional, Logis Kritis dan Analistis

Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah kebintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan galaksi. Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.

Para filsuf memberi batasan yang berbeda-beda mengenai filsafat, namun batasan yang berbeda itu tidak mendasar. Selanjutnya batasan filsafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara terminologi.

Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.

Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang Plato mengatakan bahwa : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. Berikut ini disajikan beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para ahli :

Apa sebenarnya yang ditelaah filsafat ? selaras dengan dasarnya yang spekulatif , maka dia menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikrkan manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir dia mempermasalahkan hal-hal yang pokok : terjwaba masalah satu, dia pun mulai merambah pertanyaan yang lain. Seorang professor yang penuh humor mendekatkan permasalahan yang dikaji dengan sajak dibawah ini.

1. What is man?

2. What is?

3. What?

Maksudnya adalah bahwa pada tahap mula sekali, filsafat mempersoalkan siapakah manusia itu? : Hallo siapakah kau? Tahap ini dapat dihubungkan dengan segenap pemikiran ahli-ahli filsafat zaman yunani kuno sampai sekarang yang rupanya tidak kunjung selesai mempermasalahkan makhluk yang satu ini. Kadang kurang disadari bahwa tiap ilmu, terutama ilmu-ilmu sosialmempunyai asumsi tertentu tentang manusia yang menjadi tokoh utama dalam kajian keilmuannya.

Tahap yang kedua adalah pertanyaan yang berkisar tentang ada: tentang hidup dan eksistensi manusia . apakah hidup ini sebenarnya? Apakah hidup itu sekedar peluang dengan nasib yang melempar dadu acak? Dan nasib adalaha bagaikan sibernetik dengan umpan balik pilihan probablistik. Ataukah hidup ini sama sekali absura, tanpa arah dan tanpa bentuk, bagaikan amoeba yang berzigzag?

Tahap yang ketiga, scenarionya bermula pad suatu pertemuan ilmiah tingkat “ tinggi “ dimana seorang ilmuan bicara panjang lebar tentang suatu penemua ilmiah dalam risetnya. Setelah berjam-jam dia bicara diapun menyeka keringatnya dan bertanya kepada hadirin : adakah kiranya yang belum jelas ? salah seorang bangkit dan seperti orang yang pekak memasang kedua belah tangan disamping kupingnya: Apa? ( rupanya sejak tadi dia tidak mendengar apa-apa )

Cabang – cabang filsafat

Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup 3 segi yakni :

1. Apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah ( Logika )

2. Mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika)

3. Apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika)

Ketiga cabang utama filsafat ini kemudian bertambah lagi yakni :

1. Pertama, teori tentang ada

2. Kedua, politik

Kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mrmpunyai bidang kajian yang lebih spesifik diantanya fisafat ilmu. Cabang-cabang filsafat tersebut antara lain :

1. Epistemologi ( Filsafat Pengetahuan )

2. Etika ( Filsafat Moral )

3. Estetika ( Filsafat Seni )

4. Metafisika

5. Politik ( Filsafat Pemerintahan )

6. Filsafat Agama

7. Filsafat Ilmu

8. Filsafat Pendidikan

9. Filsafat Hukum

10. Filsafat Sejarah

11. Filsafat Matematika

Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan

A. Penalaran

Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap dan bertindak. Sikap dan tindakannya yang bersumber pada pengeteahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan penegetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan, meskipun seperti dikatakan pasca, hati pun mempunyai logika tersendiri. Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio atau fakta. Mereka yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran mengembangkan paham yang kemudian disebut sebagai rasionalisme. Sedangkan mereka yang yang menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sunber kebenaran mengembangkan paham empirisme.

Ada beberapa usaha untuk menemukan pengetahuan yang benar, antara lain adalah :

1. Berpikir

Apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah maka oleh sebab itu kegiatan proses berpikir utnuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Dapat dikatakan bahwa tiap jalan pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai criteria kebeneran.

2. Wahyu

Ditinjau dari hakikat usahanya, maka dalam rangka menemukan kebenaran, kita dapat bedakan 2 jenis pengetahuan :

a. Pengetetahuan yang didapatkan sebagai hasil usaha yang aktif dari manusia untuk menemukan kebenaran, baik melalui penalaran maupun lewat kegiatan lain seperti perasaan dan intiusi ( merupakan suatu kegiatan berpikir yang nonalitik yang tidak mendasarkan diri kepada suatu pola berpikir tertentu ).

b. Pengetahauan yang bukian merupakan kebenaran yang didapat sebagai hasil usaha aktif manusia.

Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran memepunyai cirri-ciri tertentu.

1. Adanya suatu proses berpikir secara luas yang dapat disebut logika

Dalam hal ini maka dapat kita katakana bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai logika tersendriri. Atau dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis, diman berpikir logis disini harus diartikan sebagai kegaitan berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logika tertentu. Hal ini harus disadari bahwa berpikir logis itu mempunyai konotasi yang bersifat jamak (plural) dan bukan tunggal (singular). Suatu kegiatan berpikir bisa disebut logis ditinjau dari suatu logika tertentu, dan mungkin tidak logis bila ditinjau dari sudut logika yang lainnya.

2. Dari penalaran adalah sifat analitik dari proses berpikirnya

Penlarana merupakan suatu kegiatan berpikir yangmenyandarkan diri kepadas suatu analisis dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Artinya penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang mempergunkan logika ilmiah dan demikian juga penalaran lainnya yang mempergunkan logikanya tersendiri pula.

B. Logika

Logika adalah suatu penarikan kesimpulan baru yang dianggap shahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tyersebut dilakukan menurut cara tertentu. Sedangkan logika secara luas dapat didefinisikan sebagai pengkajian berpikir secara sahih. Ada 2 cara penarikan kesimpulan yang sesuai dengan studi yang memusatkan diri kepada penalaran ilmiah :

1. Logika Induktif

Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.

2. Logika Deduktif

Logika deduktif yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi khusus yang bersifat individual

Induksi merupakan cara berpikir dima aditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Sedangkan Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesilpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogisme disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar